
Penyesalan tersebut disampaikan Pimpinan Transformasi Pasar World Wildlife Fund (WWF) Indonesia Aditya Bayunanda di Jakarta, Kamis (6/2/14). Katanya, tindakan membuat kampanye komitmen kelestarian APP menjadi menyesatkan karena justru mengancam hutan Indonesia jika ditiru perusahaan lain.
"APP baru menyatakan berhenti membabat hutan alam setelah hutannya habis. Jika perusahaan lain meniru kampanye seperti APP, bisa membahayakan masa depan hutan Indonesia," ungkap Aditya.
Dijelaskan Aditya, APP mengumumkan Peta Jalan Kelestarian pada Juni 2012 dengan tidak beroperasi di konsesi 6 anak perusahaan seluas 1 juta hektar, tapi katanya, tetap mendapat bahan baku dari konsesi pemasok seluas 1,5 juta hektar. APP kemudian mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan pada 5 Februari 2013 yang dijalankan bekerja sama dengan Greenpeace Indonesia.
"Sampai saat ini kebijakan konservasi hutan APP belum menyentuh strategi mengganti kerusakan hutan yang telah terjadi. Oleh sebab itu, WWF mengingatkan APP telah membabat hutan alam seluas 2,6 juta hektar yang menjadi konsesi anak perusahaan dan mitra pemasok bahan baku bubur kertasnya," ujarnya.
Menurut Aditya, APP memiliki catatan kelam dalam sejarah kerusakan hutan Indonesia. "APP bukanlah model kelestarian yang layak ditiru oleh perusahaan pulp dan kertas lain," sebutnya.
Sebelumnya, organisasi non pemerintah yang aktif mengkaji masalah kehutanan, lingkungan, dan ekonomi, Greenomics Indonesia, menerbitkan laporan yang merekomendasikan APP segera merevisi Peta Jalan Kelestarian 2012 dan Kebijakan Konservasi Hutan 2013.
Artikel Terkait:
Berita Terkini
- Gubernur Riau Kukuhkan Paskibra Provinsi Riau
- Prediksi Final Piala Dunia 2014 Germany VS Argentina
- Germany Menang Telak 7-1 Hadapi Brazil
- Bejat, Gadis 8 Tahun Dicabuli di Teras Rumah Bersalin
- Bandar Seikijang Raih Juara Umum MTQ ke XIII Tingkat Kabupaten Pelalawan
- Lulus SMA, Warga UEA Harus Ikut Wajib Militer
0 komentar :
Posting Komentar