
Mengapa aneh?
Ya,
karena “banyak” yang menilai bahwa program YKS tidak mendidik dan dapat
merusak moral. Selain itu program YKS juga pernah berkali-kali mendapat
teguran KPI karena dinilai melanggar norma kesopanan dan membuat
lawakan yang menyerang fisik dan kehormatan seseorang.
Anehnya,
justru setelah mendapat teguran berkali-kali dari KPI, bukannya
tenggelam dan mati karena ditinggal sponsor (iklan) dan penontonnya,
justru YKS semakin berkibar dan menempati rating dan share yang semakin
tinggi. Tentu menjadi pertanyaan besar, apakah acara-acara yang mendapat
teguran KPI justru lebih disukai penonton TV di Indonesia?
Kasus
teguran KPI pada tayangan YKS ini mengingatkan saya pada progam “Empat
Mata” yang akhirnya harus berganti nama menjadi “Bukan Empat Mata”.
Eh…anehnya bukannya mati dan tenggelam, ternyata tayangan “Bukan Empat
Mata” mampu bertahan hingga sekarang dengan rating dan share yang tetap
“lumayan” meskipun pernah “dibunuh” oleh KPI. Benar-benar aneh, padahal
tidak ada yang berbeda antara Empat Mata dan Bukan Empat Mata. Dan
menjadi semakin aneh lagi karena penonton yang hadir langsung di acara
Bukan Empat Mata yang katanya tidak mendidik adalah para mahasiswa dan
perwakilan dari profesi dan masyarakat dari berbagai penjuru negeri.
Hmmmm benar-benar negeri yang aneh.
Selain
itu, hujatan dan kritik terhadap tayangan YKS juga mengingatkan saya
pada “kasus settingan” Adjie Pangestu vs Bella Sophie dan Daus Mini vs
Istrinya yang bertujuan menaikkan popularitas. Sekarang adalah jamannya
jaman “edan”, segala sesuatu bisa diseting dan direkayasa untuk tujuan
popularitas. Apalagi di industri televisi yang mengejar keuntungan
sebesar-besarnya, yang namanya popularitas adalah nyawa. Hidup dan
matinya sebuah program sangat tergantung pada popularitas yang dapat
diukur dengan menggunakan rating dan share. Dan sponsor (pemasang iklan)
sebagai nafas sebuah program TV pedomannya adalah rating dan share.
Jadi mau dihujat dan dicaci maki sekeras apapaun selama rating dan
sharenya tinggi maka program tersebut tetap akan dipertahankan. Dan
ingat, rating dan share tersebut semuanya ditentukan oleh pemirsa TV
yang bernama manusia. Bukan ditentukan oleh hantu atau alien.
Sepertinya
KPI harus bekerja lebih keras lagi, agar tayangan-tayangan yang
ditegurnya justru tidak lagi dicintai oleh masyarakat pemirsa TV
Indonesia. KPI harus bekerja keras agar stasiun TV yang ditegurnya
benar-benar mau mematuhi aturan yang dibuatnya. Jika kerja KPI tidak
berubah, tentu stasiun TV tidak pernah jera dan jangan-jangan mereka
justru berharap agar mendapat teguran dari KPI. Karena fakta
membuktikan, tayangan yang mendapat teguran dari KPI justru rating dan
sharenya semakin menjulang. Bukan Empat Mata dan YKS adalah buktinya.
Tanya kenapa?
Dan
bagi anda yang menginginkan tayangan TV yang sehat dan mendidik, lebih
baik pindah ke saluran TV berbayar. Atau jika anda tidak suka terhadap
tayangan tertentu maka cukup matikan TV anda. Mudah dan simpel kan!
Oya,
sekedar info tambahan di tahun politik 2014 ini, KPI justru sedang
memfokuskan segala energinya pada beberapa stasiun TV yang dimiliki oleh
para politisi (ada 5 stasiun TV yang sedang dibidik KPI karena tayangan
politiknya). Jadi informasi-informasi politik yang “memihak” pada
pemiliknya ternyata lebih disorot oleh KPI dan masyarakat dibandingkan
acara hiburan seperti YKS, OVJ dan Bukan empat Mata.
Kalo sudah begini, salam miris dan meringiss aja deh!
Artikel Terkait:
0 komentar :
Posting Komentar